Patung Buddha "Donald Trump" Viral di China

Okezone
 Okezone - Thu, 11 Mar 2021 03:13
 Dilihat: 344
Patung Buddha "Donald Trump" Viral di China

CHINA - Beberapa bulan setelah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mundur dari jabatannya, pengaruhnya masih begitu terasa di internet di China.

Toko-toko di Taobao, platform e-commerce terbesar di China - dioperasikan oleh Alibaba Group - masih menawarkan barang dagangan menggunakan gambar Trump.

Tren terbaru adalah patung Trump, duduk bersila dan mata tertutup dalam posisi Zen, terbungkus jubah. Deskripsi patung tersebut bertuliskan, "Make Your Company Great Again", permainan kata dari slogan pemilihan Trump "Make America Great Again".

Patung itu dijual seharga 999 yuan (Rp2,2 juta) di beberapa toko.

Para warganet pun mencoba bertanya di ruang komentar. "Apakah patung ini benar-benar berfungsi jika saya meletakkannya di rumah?" salah satu calon pembeli bertanya di sebuah postingan di salah satu toko.

Situs web komersial China telah memanfaatkan Trump untuk keuntungan mereka. Sebelumnya, Taobao telah menawarkan sederet produk, antara lain gulungan tisu toilet dengan cetakan wajah Trump, sikat toilet berbentuk seperti rambut oranye berantakan khas Trump, dan kaos yang dicetak dengan kartun satir tentang dirinya.

(Baca juga: Kudeta Myanmar, Dua Anak Pemimpin Militer dan 6 Perusahaan Masuk "Daftar Hitam")

Beberapa toko menggambarkan patung itu sebagai "Dong (tahu semuanya) Buddha dari Barat" dan "Jianguo", keduanya merupakan julukan yang diberikan kepada Trump di China selama masa jabatannya.

Mereka memanggilnya "Raja Dong", mengejek klaimnya memiliki keahlian di banyak bidang yang seringkali mengungkap ketidaktahuannya.

"Kamerad Jianguo" dan "agen rahasia Partai Komunis" adalah nama populer lainnya. "Jianguo" secara harfiah berarti "membangun negara".

Selama Trump memerintah empat tahun, masyarakat di China memiliki hubungan "cinta-benci" dengan mantan presiden tersebut. Di satu sisi, mereka mengkritik Trump karena memulai perang dagang AS-China, karena melabeli Covid-19 sebagai "virus China" dan "kung flu".

(Baca juga: Tidak Datang Saat Suntik Vaksin Covid-19, Wanita Ini Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Kematian Lebih dari 12 Tahun Lalu)

Sumber: Okezone