Heboh Fetish Mukena, Pakar: Bisa Disembuhkan dengan Terapi Berulang

Okezone
 Okezone - Sun, 22 Aug 2021 01:35
 Viewed: 203
Heboh Fetish Mukena, Pakar: Bisa Disembuhkan dengan Terapi Berulang

RUPANYA viral kasus fetish mukena di Malang yang bikin heboh, membuat masyarakat bertanya apakah pengidapnya bisa disembuhkan.

Fetish sendiri merupakan bentuk penyimpangan seksual yang lebih tertarik pada benda-benda mati atau organ tubuh non genital pada manusia.

Namun pengidap fetish ini ternyata bisa disembuhkan, meski memerlukan waktu cukup lama. Penyembuhan ini pun memerlukan terapi berulang-ulang, dengan dilakukan beberapa pendekatan.

Pakar Kesehatan Mental Dr. Sumi Lestari S.Psi, M.Si. memaparkan, penyembuhan pengidap fetish melihat terlebih dahulu gangguan yang dialaminya.

"Maka perlu adanya penanganan secara behavior terapi di terapi dulu. Bagaimana pola pikirnya prilakunya kita buka prosesnya yang namanya psikoterapi," ucap Sumi Lestari kemarin.

Menurutnya, proses penyembuhan gejala fetish ini tak bisa diperkirakan waktunya. Waktu yang diperlukan biasanya tergantung gejala yang dialaminya, namun mayoritas kurun waktunya lebih dari satu dua tahun.

"Itu panjang nggak bisa setahun dua tahun, bisa lebih cukup panjang, karena sakitnya jiwa, bukan sakit fisik, kalau sakit fisik misalkan gatal pakai salep, kalau sakit jiwa jiwa mana yang akan diobati ini yang cukup membutuhkan waktu panjang," terang dia.

Pengajar di Prodi Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini menerangkan, bila metode penelitian Single Subject Research (SSR) bisa dijadikan alternatif untuk menyembuhkan pengidap fetish tersebut.

"Terapi ini juga akan efektif untuk mereka yang mengalami gangguan fetish itu sendiri. Dan sebenarnya mereka yang mengalami gangguan fetish juga bukan keinginan mereka," ungkapnya.

Oleh sebab itu, pentingnya dukungan untuk segala pihak dalam pengobatan dan terapi penderita fetish. Justru ketika banyak pihak menghakimi pengidap fetish, kelainannya justru bertambah sulit untuk disembuhkan.

"Mereka sebenarnya butuh bantuan kita untuk penyembuhan, sehingga jangan malah dihakimi karena sebenarnya mereka justru pengen yang normal, siapa yang enggak mau normal," jelasnya.

"Kita harus melihat solusinya dari situ melihat dari berbagai kacamata, karena ketika orang mengalami gangguan (fetish) dia tidak memilih untuk mengalami gangguan, kalau dia bisa normal saya kenapa memilih gangguan itu yang harus kita camkan di situ," pungkasnya.

Source: Okezone