Love Indonesia
|

SKYFALL Review: Disconnected Bond

Wed, 07 Nov 2012 10:08
Viewed: 3146
1
Thumbs Up
Thumbs Down
SKYFALL Review: Disconnected Bond

Sejak di-reboot pada 2006 dengan Casino Royale, plus direct sequel-nya, Quantum of Solace (2008), franchise James Bond mengalami perubahan signifikan yang memberi feel berbeda dengan film Bond sebelumnya. Selama lebih dari 40 tahun, sejak Dr.No (1962) hingga Die Another Day (2002), James Bond selalu identik dengan adegan aksi menegangkan sekaligus over the top, gadgets canggih berkedok benda yang biasa ditemui sehari-hari, mobil klasik namun berteknologi tinggi, wanita-wanita cantik dan seksi dengan motivasi ambigu, serta penjahat dengan ambisi menaklukkan dunia. Namun, perubahan besar terjadi ketika Daniel Craig dipilih sebagai the next Bond setelah Pierce Brosnan. Penunjukkan Craig, yang mendapat kritik keras karena dianggap tidak tampan, justru menciptakan imej baru sang agen rahasia. Craig’s Bond lebih manusiawi, punya kedalaman karakter, mampu menunjukkan emosi dalam situasi tertentu, namun tetap playboy dan egois. Ini mendukung penceritaan serta directing style Casino Royale dan Quantum of Solace yang, lebih real, kelam, dan memiliki plot kompleks layaknya sebuah action thriller spionase modern ala Jason Bourne. Langkah perubahan yang berani dan beresiko tinggi, namun terbayar lunas dengan sambutan positif dari kritikus maupun penonton, serta menarik penggemar baru dari generasi muda.

Maka, harapan tinggi pun disematkan pada Skyfall (2012), film Bond ke-23, serta bersamaan dengan perayaan 50 tahun eksistensi agen 007 di layar lebar. Daniel Craig dan Judi Dench masih menjadi James Bond dan M, sang bos MI6. Sementara Sam Mendes menjadi sutradara ketiga dari tiga film terakhir, melanjutkan tugas Martin Campbell dan Marc Foster. Berbeda dengan Casino Royale dan Quantum of Solace yang berhubungan langsung, Skyfall memiliki cerita yang berdiri sendiri.

No Stuntman for Daniel Craig for This Scene

Film dibuka dengan adegan di Istanbul, Turki. Seperti Casino Royale dan Quantum of Solace, tidak ada gun barrel’s sequence pembuka layaknya James Bond era klasik. Bond dan rekannya, agen Eve (Naomie Harris) tengah mengejar seorang pria yang membawa kabur sebuah hard disk berisi data rahasia daftar agen MI6 yang tengah melakukan penyamaran di seluruh dunia. Namun, misi ini berakhir tragis, setelah tembakan-perintah dari M-yang meleset dari Eve, mengenai Bond alih-alih sang pencuri, dan mengakibatkan Bond jatuh dari atap kereta dan hanyut di arus sungai yang deras. 007 dianggap tewas dan MI6 kehilangan agen terbaiknya. Tentu saja, Bond bertahan hidup. Selama tiga bulan, ia sengaja mengasingkan diri, dengan alasan mencari penyegaran, dan sakit hati karena M memerintahkan Eve untuk melepaskan tembakan, meskipun situasi tidak menguntungkan. Sementara, terjadi krisis di MI6. M dianggap tidak mampu lagi memimpin, dan disarankan untuk mundur dari posisinya oleh Gareth Mallory (Ralph Fiennes). M menolak, namun keadaan semakin memburuk ketika markas MI6 hancur akibat bom serangan organisasi cyber terrorist di bawah pimpinan Raoul Silva (Javier Bardem), yang sukses meretas sistem keamanan tercanggih di Inggris. Silva ternyata memiliki motif dendam pribadi terhadap M, dan merupakan mantan agen rahasia MI6 terbaik di masanya. Bond, karena nasionalisme yang tinggi dan rasa peduli pada sang sosok ibu, memutuskan untuk kembali dan memburu Silva.

Lewat Skyfall, penonton seolah disuguhi kembali James Bond di era sebelum Daniel Craig. Setelah Casino Royale dan Quantum of Solace yang serius dan kelam, Skyfall tampak mengenalkan ulang apa yang selama ini menjadi trademarks James Bond. Adegan pembuka di Turki, misalnya, penuh dengan stunt action yang mampu menaikkan alis dan membuat penonton berkomentar, “memangnya mungkin?”. Beberapa aspek juga sempat jadi perdebatan, seperti tokoh Q (Ben Wishaw), sang quartermaster, ilmuwan yang selama ini menyuplai peralatan canggih bagi MI6, kini diambil alih oleh seorang pemuda nerd yang arogan dan over confident. Q baru ini pun menyatakan ketidaksukaannya terhadap gadgets unik, dan mengklaim MI6 tidak lagi memproduksi alat semacam itu.


Meet The New 'Q'

Dari plot cerita, tema dendam pribadi dan rencana pembunuhan M juga sudah pernah diangkat lewat GoldenEye (1995) dan The World is Not Enough (1999). Karakterisasi dan motivasi sang penjahat utama, Raoul Silva tampak lemah dan sedikit payah. Javier Bardem did his best portraying Silva, namun kentara tujuan Sam Mendes menjadikan Silva seperti rip-off dari Joker versi Heath Ledger. Cukup masuk akal, mengingat klaim Mendes tentang betapa karya Chris Nolan sangat mempengaruhi penulisan cerita Skyfall. Adegan di mana Silva sengaja tertangkap dan hanya tertawa sinting sementara aksinya terus berjalan sesuai rencana mau tidak mau menegaskan hal tersebut, seperti sebuah adegan yang persis di The Dark Knight (2008). Para Bond Girls pun seakan terabaikan, terutama karakter Severine (Berenice Marlohe), yang bisa dengan mudah dibuang dari cerita sepenuhnya.

The Joker-ish Silva

Di sisi lain, Skyfall memberikan visual yang cantik dan eksotis. Mulai dari Grand Bazaar di Istanbul, suasana malam di Shanghai yang colorful, intensnya perjudian kasino di Makau, hingga pegunungan di Skotlandia yang menyejukkan mata. Hubungan emosional antara Bond dan M juga digarap dengan apik, menjelaskan mengapa Bond begitu peduli dan loyal pada M. Penonton juga mendapat sedikit latar belakang tentang masa lalu Bond sebelum menjadi agen rahasia, serta beberapa referensi dan tribute menarik berkaitan dengan film James Bond sebelumnya. Siap-siap pula dengan twist mengejutkan tentang seorang karakter ikonik yang sudah sangat familiar bagi penggemar Bond di akhir film.


The Macau Casino

Mereka yang mulai menggemari Bond sejak era Daniel Craig mungkin akan kecewa. Skyfall seperti mengkhianati tema baru yang diusung Casino Royale dan Quantum of Solace, dengan tampil lebih ringan dan sedikit cheesy. Adegan aksi memang visually stunning, namun tidak ada adrenaline rush seperti di dua film sebelumnya. “Final Battle” antara Bond dan Silva pun flat dan berakhir sedikit antiklimaks. Bond memang selalu menang, namun versi Craig setidaknya melewati proses yang berat. Itu sulit ditemukan pada Skyfall.

Jika harus mengambil contoh, Skyfall layaknya Ghost Protocol pada franchise Mission Impossible, atau Live Free or Die Hard pada seri Die Hard: highly entertaining, but feels out of place in the series. Seolah-olah, film ini memang khusus dibuat untuk memperingati 50 tahun James Bond di layar lebar, bukan sebagai lanjutan seri reboot-nya.


Bond Alone...

Toh, Skyfall tetap memberikan hiburan aksi yang solid, dan penonton general tidak akan kesulitan menikmati. Namun untuk penggemar, you’ll either hate it or love it. Skyfall could’ve been better, but it chose to be safer.
 

Rating: 3 of 5
Movie Title: SKYFALL
Cast: Daniel Craig, Judi Dench, Javier Bardem, Naomie Harris
Director: Sam Mendes
Duration: 143 Minutes
MEDIA COVERAGE
Kompas
Detikcom
Liputan6
Tempo
OkeZone
KabarBisnis
TeknoJurnal
GoodNewsFromIndonesia
WartaKotaLive
TDWClub
IndonesiaKreatif
DailySocial
TheJakartaPost
BisnisIndonesia
Bloomberg
Reuters
CrackBerry
Yahoo
CBSMoneyWatch
MarketWatch
AFP
AboutDotCom
CentroOne
DreamersRadio