(dok.@the_tiing_tejakula)
Hotel yang terdiri dari 14 kamar tamu super luas itu bisa dijangkau lewat perjalanan darat selama 2,5 jam dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. Perjalanan tersebut akan melewati kawasan hutan sebelum tiba di lokasi.
Dalam wawancaranya, Brundson mengaku tahu sejak pertama kali mengunjungi lokasi tersebut, ia ingin membuat lanskap untuk hotel tersebut. Untuk itu, ia mendesain tujuh 'bilah' terdiri dari kamar tamu di lantai atas dan bawah yang mendorong keluar dari ruang utama.
Antara bilah dan jalan setapak menciptakan 'pemandangan terowongan' laut dan gunung yang Instagrammable, menghalangi pemandangan ke sekitar. Sementara, masing-masing kamar hotel dirancang untuk membuat para tamu bersantai dan terkoneksi kembali.
Berapa Tarif Kamarnya?
(dok.luwakresort.com)
Dari dalam kamar, para tamu bisa memilih antara menikmati pemandangan dari kolam infinity pribadi atau bersantai di bak terbuka setelah seharian snorkeling dan mengeksplorasi air terjun dekat hotel. Pihak hotel sengaja tak menempatkan TV di dalam kamar. Bukaan atap mengisi ruang dengan penerangan memadai, menggantikan jendela setinggi mata.
"Idenya adalah Anda bisa benar-benar fokus berada di sana dan benar-benar hadir, dengan lautan di depan Anda dan gunung di belakangnya," kata Brundson.
Ketika tamu ingin berinteraksi dengan tamu lain, mereka bisa menuju ruang bersama seperti kolam dengan ubin merah atau yoga dengan pemandangan laut lepas. Tapi, aturan jaga jarak jadi DNA hotel ini sejak awal.
(dok.luwakresort.com)
"Anda bisa merasa terisolasi saat ingin menyepi, tapi bisa terkoneksi ketika ingin terkoneksi," ujar Brundson.
Mengadopsi semangat Tejakula dan Bali, Brundson bersama Studio Manguning mendesain hotel menggunakan beton lokal dan bambu. Riff bertekstur di dinding hotel yang dibuat dengan menempatkan batang bambu di beton basah jadi salah satu tampilan khas hotel. Tiing sendiri bermakna bambu.
Berapakah tarif menginap di hotel ini? Ternyata harganya mulai 43 dolar AS atau sekitar Rp613 ribu per malam. Tertarik menginap?